Pengaruh Buku Digital Interaktif Terhadap Pemahaman Edukasi Seks Pada Siswa SD - Guruinovatif.id

Diterbitkan 22 Apr 2025

Pengaruh Buku Digital Interaktif Terhadap Pemahaman Edukasi Seks Pada Siswa SD

Edukasi seks sejak dini sangat penting untuk membekali anak dalam memahami tubuh, menjaga batasan diri, dan melindungi diri dari potensi kekerasan seksual. Namun, stigma sosial dan keterbatasan media pembelajaran menjadi tantangan yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

Media Pembelajaran

Diah Mardiah, S.Pd

Kunjungi Profile
27x
Bagikan

Pendidikan seksual sejak dini merupakan aspek penting dalam perkembangan anak, terutama dalam memberikan pemahaman mengenai tubuh, batasan diri, serta bagaimana menjaga kesehatan dan keselamatan diri (UNICEF, 2018). Anak-anak yang memiliki pemahaman tentang edukasi seks lebih mampu membedakan sentuhan baik dan buruk serta memiliki keberanian untuk berkata “tidak” ketika merasa tidak nyaman (Manganello & Carpentier, 2010).

Namun, di masyarakat Indonesia, pendidikan seksual pada anak-anak usia sekolah dasar masih dianggap tabu. Banyak orang tua dan guru merasa tidak nyaman atau belum memiliki pengetahuan dan metode yang tepat untuk menyampaikan topik ini. Padahal, hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan edukasi seksual secara tepat memiliki daya tahan lebih baik terhadap pelecehan seksual dan memiliki pemahaman tubuh yang sehat (Bandura dalam Santrock, 2012). Hal ini diperkuat oleh Erikson (1968) yang menyatakan bahwa pada tahap perkembangan usia 6–12 tahun, anak-anak berada dalam fase industry vs. inferiority, di mana mereka perlu mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang tepat agar tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

Selain itu, dampak buruk dari keterbukaan informasi digital tanpa filter juga menjadi ancaman serius bagi anak-anak. Maraknya konten pornografi, budaya instan, dan minimnya pendampingan orang dewasa dapat mendorong anak ke dalam perilaku seksual menyimpang atau ketakutan terhadap perubahan tubuh mereka. Dalam hal ini, pendidikan seksual yang kontekstual dan ramah anak sangat diperlukan sebagai langkah preventif terhadap berbagai potensi masalah (UNESCO, 2018).

Penggunaan media digital interaktif dapat menjadi solusi inovatif dalam menyampaikan edukasi seksual kepada anak. Menurut Teori Pemrosesan Informasi, informasi akan lebih mudah dipahami dan diingat apabila disampaikan melalui media visual, audio, dan interaktif (Atkinson & Shiffrin dalam Eggen & Kauchak, 2012). Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak usia SD yang berada dalam tahap operasional konkret menurut Piaget (1952), di mana anak belajar melalui pengalaman langsung dan visualisasi.

Dengan demikian, penggunaan buku digital interaktif dinilai sebagai pendekatan yang tepat untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dasar dalam pendidikan seksual seperti perubahan pubertas, menjaga kebersihan tubuh, dan batasan interaksi sosial. Hasil yang diperoleh dari penelitian pendidikan seksual pada anak melalui media digital mendukung teori menurut Bandura tentang pembelajaran sosial, bahwa anak belajar melalui observasi terhadap model atau tokoh dalam media (Bandura, 1977 dalam Ibrahim, 1992).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan buku digital interaktif terhadap pemahaman siswa SD kelas 4–6 mengenai edukasi seks. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap media yang digunakan serta faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas pembelajaran edukasi seks melalui buku digital. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan strategi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi anak-anak usia sekolah dasar.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan model design thinking, yang terdiri dari enam tahap: empathize, define, ideate, prototype, test, dan evaluate.

Subjek Penelitian: Siswa kelas 4–6 SD

Instrumen: Wawancara, observasi, angket/kuesioner, serta pre-test dan post-test sederhana.

Langkah Penelitian:

  1. Observasi dan wawancara siswa dan guru untuk mengetahui pemahaman awal tentang pubertas dan media digital.

  2. Perancangan dan pembuatan buku digital interaktif.

  3. Uji coba penggunaan media terhadap siswa.

  4. Pengukuran perubahan pemahaman siswa melalui pre-test dan post-test.

  5. Analisis persepsi siswa dan efektivitas media.

Buku digital interaktif yang digunakan dirancang dengan fitur teks, gambar, narasi, dan kuis interaktif untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif.

Hasil dan Pembahasan

Hasil observasi menunjukkan bahwa sebelum penggunaan media, sebagian besar siswa memiliki pemahaman yang terbatas tentang pubertas. Banyak dari mereka merasa malu atau bingung saat membicarakan topik tersebut. Namun, setelah menggunakan buku digital interaktif, terjadi peningkatan pemahaman yang signifikan.

Berdasarkan hasil tes sederhana, siswa menunjukkan peningkatan skor dalam memahami perubahan tubuh, pentingnya menjaga kebersihan, serta mengenali "bagian tubuh pribadi". Selain itu, siswa menunjukkan antusiasme tinggi terhadap media karena bersifat interaktif dan visual.

Analisis persepsi siswa menunjukkan bahwa mayoritas merasa buku digital ini mudah digunakan, menarik, dan membuat mereka nyaman dalam belajar topik yang sensitif. Temuan ini mendukung teori pembelajaran sosial (Bandura, 1977 dalam Ibrahim, 1992) dan teori pemrosesan informasi (Atkinson & Shiffrin dalam Eggen & Kauchak, 2012) bahwa keterlibatan aktif dan media visual memperkuat proses belajar.

Simpulan

Penggunaan buku digital interaktif terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa SD kelas 4–6 mengenai edukasi seks, terutama pada topik pubertas dan batasan tubuh. Media ini tidak hanya membantu menjembatani topik yang dianggap sensitif, tetapi juga menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan media digital interaktif sebagai strategi pembelajaran pendidikan seksual, dengan memperhatikan konten yang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan anak.

Daftar Pustaka

Bandura, A. (1977). Social learning theory. Prentice-Hall.

Eggen, P., & Kauchak, D. (2012). Strategies and models for teachers: Teaching content and thinking skills (6th ed.). Pearson.

Erikson, E. H. (1968). Identity, youth and crisis. W. W. Norton & Company.

Ibrahim, R. (1992). Teori dan praktik psikologi pendidikan. Angkasa.

Manganello, J. A., & Carpentier, F. D. (2010). Health literacy and adolescents: A framework and agenda for future research. Health Education Research, 25(4), 714–724. https://doi.org/10.1093/her/cyq040

Piaget, J. (1952). The origins of intelligence in children. International Universities Press.

Santrock, J. W. (2012). Life-span development (14th ed.). McGraw-Hill.

UNESCO. (2018). International technical guidance on sexuality education: An evidence-informed approach. UNESCO Publishing. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000260770

UNICEF. (2018). Comprehensive sexuality education: Global status and trends. United Nations Children’s Fund (UNICEF)


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Mengepakkan Sayap Perjuangan Pendidikan Melalui E-Learning Sebagai Wujud Optimalisasi Sinergitas Warga Sekolah
4 min
Pentingnya Media Pembelajaran Padlet di Tahun 2024
5 min
Crossword Lab, Pembuat Teka-Teki Silang Anti Ribet
4 min
Pentingnya Empat Pilar Literasi Digital Dipedomani Oleh Guru Dan Siswa

I GEDE ANGGAYANA

Aug 19, 2023
2 min
Geogle Sites: Inovasi Media Pembelajaran Berbasis Digital
Alat Bantu Guru untuk Membuat Bahan Ajar

LIAM OGUZ

Jan 29, 2024
1 min
Komunitas