Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi perubahan yang cukup siginifikan mengenai siswa, baik dari aspek pengalaman pendidikan atau proses belajarnya hingga latar belakang siswa yang memasuki jenjang sekolah.
Saat ini dalam satu ruang kelas telah mencerminkan berbagai siswa dari berbagai latar belakang keluarga termasuk berbagai ragam suku, budaya, hingga status ekonomi sosial. Akibatnya, cara guru dalam mendidik siswa juga harus ikut berubah demi mengakomodir kebutuhan belajar masing-masing siswa.
Salah satu pendekatan atau metode pembelajaran yang dapat mengakomodir hal ini adalah culturally responsive teaching . Apa itu pendekatan culturally responsive teaching ? Simak penjelasannya dalam artikel ini!
Pengertian Pendekatan Culturally Responsive Teaching Culturally responsive teaching (CRT) atau pengajaran yang responsif secara budaya, merupakan metode pendekatan yang menggunakan kebiasaan, karakteristik, pengalaman, dan sudut pandang siswa sebagai alat pengajaran di kelas yang lebih baik. Selain untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, pendekatan ini juga memiliki fokus dalam membantu siswa untuk mengakui, menerima, dan memerkuat identitas budaya mereka.
Pendekatan ini tak hanya mengedepankan nilai-nilai keberagaman budaya, namun juga mendukung kemajuan ilmu pengetahuan, meningkatkan partisipasi, serta memerkaya pengetahuan siswa.
Pendekatan CRT berasal dari pengembangan kerangka pedagogi yang relevan secara budaya (culturally relevant pedagogy ) oleh Gloria Ladson-Billings pada tahun 1990an.
Baca juga:Peran Empati Guru dalam Proses Membentuk Karakter Siswa
Komponen dalam Pendekatan Culturally Responsive Teaching Menurut Geneva Gay, pendekatan CRT memiliki 5 komponen penting, yakni:
1. Pengetahuan dasar yang kuat mengenai keberagaman budaya Guru harus memahami nilai-nilai budaya, tradisi, hingga perbedaan suku dan etnis agar bisa mengintegrasikannya ke dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Kurikulum yang relevan dengan budaya Guru harus memasukkan berbagai perspektif saat proses pembelajaran serta memastikan gambar atau foto yang ditampilkan di ruang kelas mewakili keberagaman yang luas. Selain itu, guru juga harus menyisipkan topik mengenai suku, etnis, dan gender ke dalam pengajaran, agar siswa semakin sadar akan keberagaman budaya yang ada di sekitarnya.
3. Menaruh harapan yang tinggi untuk semua siswa Guru juga harus membantu siswa untuk meraih kesuksesan akademik sembari memvalidasi identitas budaya siswa tersebut.
Ilustrasi kegiatan belajar menggunakan pendekatan culturally responsive teaching di kelas (Gambar: Getty Images/Wavebreakmedia) 4. Mengapresiasi terhadap gaya komunikasi yang berbeda-beda Guru harus memahami jenis gaya komunikasi yang berbeda-beda dan memodifikasi gaya pembelajaran yang sesuai dengan siswanya. Karena jika seorang guru yang tidak memahami konteks perbedaan budaya, bisa jadi akan menganggap siswa dari suku tertentu telah bersikap kasar.
5. Menggunakan pembelajaran multikultural Guru juga harus menjadi jembatan antara pengetahuan serta pengalaman siswa sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
Baca juga:Segitiga Restitusi, Strategi Persuasif dalam Menumbuhkan Karakter Positif pada Peserta Didik
Mengapa Pendekatan Culturally Responsive Teaching Menjadi Hal yang Penting untuk Diketahui Pendidik? Pendekatan CRT menjadi penting untuk diketahui pendidik karena pendekatan ini selaras dengan Kurikulum Merdeka, terutama Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Ketika pendekatan ini diintegrasikan dalam proses pembelajaran di kelas, hal ini akan memberikan manfaat penting seperti:
Memerkuat identitas siswa.
Mempromosikan kesetaraan dan inklusivitas di kelas.
Melibatkan siswa dalam materi belajar.
Mendukung pemikiran kritis.
Pendekatan CRT dapat diterapkan dalam konten atau materi ajar melalui kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler.
Guru memiliki kekuatan yang unik untuk memberikan dampak pada siswa yang ia didik. Dengan memanfaatkan pengajaran yang bijaksana dan inklusif, guru dapat memberikan dampak pada siswa melebihi dari waktu yang mereka habiskan di kelas.
Menerapkan pendekatan CRT merupakan sebuah langkah kecil menuju perubahan yang lebih baik dalam pendidikan. Selain itu, jalur pendidikan yang akan ditempuh masing-masing siswa, baik dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi akan membuka peluang bagi siswa untuk bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki perbedaan budaya dengan dia.
Sehingga siswa perlu dibekali dengan pemahaman untuk menerima perbedaan suku dan budaya yang ada di sekitar mereka. Harapannya, siswa dapat menjadi agen dalam merawat keutuhan bangsa di masa depan sesuai dengan karakter Pancasila.
Tingkatkan kualitas dan kompetensi mengajar Anda dimanapun serta kapanpun dengan bergabung menjadi anggota Guruinovatif.id .
Akses berbagai event, kursus online serta fasilitas lainnya secara GRATIS selama 7 hari !
Mari bergabung menjadi member GuruInovatif.id!
Referensi: 5 Culturally Responsive Teaching Strategies Implementasi Pendekatan Culturally Responsive Teaching(CRT) dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar What Is Culturally Responsive Teaching?
Penulis: Eka | Penyunting: Putra