kegiatan literasi digital. sumber: istockphoto.laurentdutton Sarana untuk belajar banyak ragamnya, semua sarana itu sebagai jembatan tercapainya pengetahuan. Pengetahuan tersebut dijadikan sebagai landasan untuk manusia bertindak. Jembatan pada tercapainya pengetahuan tidak bisa dihindari melalui jalan membaca. Membaca sebagai jembatan ilmu pengetahuan, dengan membaca kita bisa melihat dan memahami dunia. Pada proses pembelajaran, ketercapaian pengetahuan bukan hanya didapat dengan membaca, ada kegiatan menulis dan juga berhitung yang merupakan bagian dari kegiatan belajar.
Proses pembelajaran di atas biasa kita sebut dengan kegiatan literasi. Literasi merupakan rangkaian kegiatan membaca, menulis, menghitung ataupun memecahkan suatu masalah. Kegiatan literasi perlu ditingkatkan untuk membangun sumber daya manusia yang unggul. Standar literasi di Indonesia belum mencapai taraf yang diharapkan karena masih dibawah rata-rata. Hal ini terlihat dari gambaran hasil survei Internasional mengenai standar literasi berbagai negara.
Organization for Economic Co-Operation and Development atau disingkat (OECD) selaku lembaga survei Internasional selalu mengadakan program untuk melihat standar minat membaca, matematika dan sains pada setiap negara. Program tersebut bernama Programme for International Student Assessment (PISA) yang melaksanakan survei Internasional untuk mengukur tingkat literasi dasar siswa. Hasil capaian PISA 2018 menunjukan negara Indonesia berada pada posisi yang mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat dari posisi Indonesia yang berada di bawah rata-rata posisi negara ASEAN. Indonesia juga berada di posisi terbawah dari 79 negara yang ikut berpartisipasi pada program PISA. Posisi Indonesia berada di bawah Thailand, Malaysia, Singapura dan beberapa negara ASEAN lainnya (pskp.kemdikbud.go.id). Berdasarkan hasil capaian PISA tersebut, bisa kita jadikan sebagai bahan evaluasi kondisi siswa Indonesia dalam kemampuan membaca, matematika, dan sains yang berada di bawah rerata siswa ASEAN.
Selain itu, Indonesia juga memiliki minat membaca yang sangat rendah. Berdasarkan data dari UNESCO mengenai standar literasi di dunia, posisi Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah dengan minat baca yang sangat rendah. UNESCO juga mengatakan dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Kesadaran membaca di Indonesia berada pada posisi yang sangat memprihatinkan. Hasil dari lembaga riset Central Connecticut State University bertajuk Worldâs Most Literate Nations Ranked pada tahun 2016, Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara. Posisi tersebut juga berada di bawah posisi negara-negara ASEAN lainnya. Keprihatinan ini harus segera diselesaikan secepat mungkin agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Kelemahan pada kegiatan literasi akan mengakibatkan kekurangan pengetahuan dan kelemahan kreativitas. Kelemahan kreativitas akan membawa pada ketidakcakapan dalam dunia kerja sehingga kelemahan itu akan memberi dampak pada kesejahteraan hidup. Kekurangan kecerdasan bisa berdampak pada kekurangan kesejahteraan.
Dilihat dari sisi lain, standar literasi di Indonesia mengalami kenaikan indeks literasi digital Nasional pada tahun 2022 dari 3,49 menjadi 3,54 dengan peningkatan 0,05 dari tahun sebelumnya (aptika.kominfo.go.id). Indeks literasi digital nasional memiliki empat pilar utama, yaitu kecakapan digital (digital skill), etika digital (digital ethics), keamanan digital (digital safety) dan budaya digital (digital culture). Peningkatan tersebut patut kita apresiasi, karena dari empat pilar, terdapat tiga pilar yang mengalami kenaikan dan satu pilar yang mengalami penurunan yaitu pilar budaya digital. Daya saing digital Indonesia berada pada urutan terendah di ASIA di bawah Singapura, Malaysia dan beberapa negara ASIA.
Pada tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 78,19%. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia menembus angka 215.626.156 jiwa dari total populasi sebesar 275.773.901 jiwa (apjii.or.id). Maka dari itu, Indonesia masuk urutan ke-4 sebagai negara pengguna internet terbesar di dunia (data.goodstats.id).
Memulihkan literasi digital
Indonesia sebagai negara urutan ke-4 pengguna internet terbesar di dunia mencerminkan tingginya kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya internet. Penggunaan internet merupakan kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan dari perkembangan dunia digital saat ini. Dunia digital yang merambah pada segala sektor kehidupan termasuk dunia pendidikan. Semenjak kemunculan virus corona (COVID-19) yang melanda dunia, aktivitas manusia banyak yang dialihkan melalui dunia maya. Hal itu menjadikan dunia maya sebagai jalan proses interaksi manusia dengan dunianya.
Bumbu-bumbu kekhawatiran selalu ada pada setiap perkembangan termasuk dalam hal penggunaan internet. Tingginya penggunaan internet tidak berbanding lurus dengan kecakapan literasi termasuk literasi dunia digital. Kelemahan pada dunia literasi dengan tingginya penggunaan internet bisa menjadi berbahaya. Kenapa berbahaya? Kelemahan literasi akan menghasilkan daya kritis yang rendah termasuk dalam mengelola informasi yang datang dari sudut manapun. Hal ini membuat informasi hoax sangat mudah dikonsumsi oleh masyarakat dan juga penyalahgunaan kemajuan teknologi yang sering kita temui.
Bahaya tersebut harus kita hilangkan dengan cara menanamkan kesadaran penggunaan internet yang sehat yaitu dengan cara menggunakan internet untuk kegiatan literasi digital. Literasi digital yang rendah harus mulai kita perbaiki untuk merubah kekeliruan paradigma. Salah satu cara memperbaikinya yaitu memanfaatkan platform digital untuk memulihkan minat literasi yang rendah. Memperbaiki kekeliruan paradigma kita selama ini atas pandangan yang keliru terhadap literasi dan internet.
Literasi memiliki banyak manfaat atas peningkatan kognitif dan kecakapan berpikir kritis manusia. Selain itu, literasi juga sangat penting untuk peningkatan sumber daya manusia Indonesia atas ketertinggalan dari negara lain. Kecakapan berpikir merupakan faktor penunjang menuju kemajuan Indonesia. Dunia pendidikan harus mulai melihat atas segala kelemahan dan ketertinggalan yang dialami oleh Indonesia khususnya berkaitan dengan kegiatan literasi. Ketertinggalan harus segera diselesaikan supaya ketertinggalan itu tidak terlampau jauh.
Pentingnya literasi harus ditanamkan pada setiap anak dimulai pada tingkatan yang paling mendasar. Dunia pendidikan dengan memperbanyak dan membuat kegiatan literasi menjadi hal yang diperebutkan oleh siswa. Seharusnya, paradigma kita menganggap bahwa kegiatan literasi merupakan suatu hal yang mewah. Kemewahan tersebut dilihat pada dampak yang diberikan atas hasil yang diberikan dari kegiatan literasi. Kegiatan literasi memberikan dampak peningkatan pada pengetahuan, berpikir kritis, kecakapan dan keterampilan.
Indonesia dengan pengguna internet terbesar ke-4 di dunia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk penggunaan internet pada hal-hal yang positif. Penggunaan atas internet harus memberikan dampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bukan peningkatan kriminal atau yang bertentangan dengan norma kehidupan. Beragam platform digital harus bisa dimanfaatkan, khususnya oleh dunia pendidikan sebagai sarana pengembangan literasi digital. Kesadaran mengenai pentingnya literasi digital bisa menjadi harapan untuk mengejar segala ketertinggalan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Penyunting: Putra