Basma. Begitu kami menyebut sekolah kami. Selain sebagai akronim dari SMA N 1 Banjarangkan, secara harfiah, Basma berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti abu suci yang dipergunakan oleh para Sulinggih (Pendeta Hindu) dalam pemujaan sebagai sarana penyucian diri bagi seorang Pendeta saat memuja dalam memimpin Upacara Yadnya.
Gambar 1. Halaman SMA N 1 Banjarangakan
Seirama dengan makna tersebut, jika dilihat dari letak geografisnya, Basma memang tepat dijadikan sebagai tempat untuk fokus belajar, karena jauh dari hiruk pikuk kegiatan masyarakat. Sekolah kami terletak di ujung Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Di sebelah utara sekolah kami adalah tanah damai bagi mereka yang sudah dipanggil olehNya. Di sebelah timur dan barat Basma, ada hamparan sawah membentang cukup luas. Di sebelah selatan sekolah kami adalah lahan kosong milik penduduk yang belum dimanfaatkan. Singkat kata, Basma memiliki ekosistem yang sangat mendukung siswa untuk belajar, untuk berliterasi.
Gambar 2. Bagian Barat SMA N 1 Banjarangakan
Namun sayangnya, rapot pendidikan Basma menunjukkan hasil yang belum begitu baik dalam hal literasi. Selain itu, kecelakaan literasi masih sering terjadi. Berita-berita hoaks masih sering dibagikan baik di media sosial maupun grup-grup percakapan WhatsApp. Hal ini menunjukkan bahwa siswa perlu dibekali dengan kemampuan untuk mengidentifikasi sumber informasi yang dapat dipercaya, menganalisis, mengevaluasi sehingga siswa dapat membagikan informasi digital secara lebih bertanggungjawab. Sebagai fasilitator dalam pembelajaran, tentunya guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk hal tersebut. Oleh karena itu, literasi digital hendaknya digalakkan pada Pelatihan Guru, baik itu Pelatihan In House Training ataupun bentuk pelatihan lainnya. Literasi digital juga hendaknya dijadikan sebagai materi tambahan pada diklat Pendidikan Profesi Guru yang kelulusannya merupakan syarat Sertifikasi Guru. Harapannya, guru yang bersertifikasi, selain memiliki dan menguasai kompetensi yang diamanatkan Undang-undang, juga memiliki kecakapan literasi digital yang mumpuni.
Dari sisi siswa, penguatan literasi digital dapat dilakukan dengan optimalisasi minat dan bakat siswa salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Ketika siswa melakukan sesuatu yang sesuai dengan minat dan bakatnya tentunya akan memberikan hasil yang lebih optimal. Beranjak dari pemikiran tersebut, sebagai guru, saya mencoba untuk membentuk ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah. Saya sadar sebagai guru Fisika, tentunya saya tidak memiliki latar belakang yang kuat tentang jurnalistik, oleh karena itu saya mencoba mnegajak bapak ibu guru lain untuk ikut bergabung. Syukurlah ada seorang Bapak Guru Kimia dan dua orang Ibu Guru Bahasa Indonesia yang bersedia ikut bergabung.
Prakarsa. Itu nama yang kami berikan untuk siswa Basma yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik. Prakarsa merupakan akronim dari Pewarta Kreatif dan Reflektif Basma. Secara harfiah, nama ini merupakan doa dari kami, semoga anggotanya dapat menjadi insiator yang kaya akan ide-ide kreatif inovatif untuk kemajuan Basma, sekolah kami tercinta.
Memulai sesuatu yang baru memang tidak mudah. Sesuai hukum kelembaman dalam ilmu Fisika. Setiap benda memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keadaannya. Diperlukan gaya eksternal untuk merubah keadaan. Pun demikian dengan siswa Basma. Motivasi adalah gaya eksternalnya. Seperti kita ketahui bersama, setiap anak sudah lahir dengan membawa bakatnya masing-masing. Adalah tugas guru untuk mengasahnya dan memfasilitasi perkembangannya dengan menciptakan ekosistem pembelajaran yang berpihak pada siswa.
Intens menginformasikan kegiatan jurnalistik di forum diskusi grup WhatsApp adalah salah satu cara yang kami lakukan untuk memotivasi siswa bergabung dengan ekstra jurnalistik. Kami membagikan program kerja kami yang kami beri nama Rasitasamkara yang merupakan akronim dari Literasi Digita l Bersam a Prakar sa . Secara harfiah, Rasitasamkara diambil dari Bahasa Sanskerta Rasita dan Samkara . Rasita berarti suka tantangan/ketertarikan. Samkara berarti membudaya. Jadi melalui program ini kami berharap dapat membudayakan ketertarikan atau rasa ingin tahu siswa dalam rangka meningkatkan motivasi untuk berliterasi.
Syukurlah dari 734 siswa ada 20 orang yang bersedia bergabung bersama Prakarsa. Namun kami tidak langsung melakukan selebrasi dengan pelantikan pengurus. Kami fokus untuk membuktikan diri terlebih dahulu dengan menerbitkan satu buah majalah. Langkah awal kami memang sangat terseok-seok. Rapat rutin kami lakukan untuk mendiskusikan segala sesuatu tentang majalah mengingat ini akan menjadi majalah pertama di sekolah ini semenjak berdiri 31 tahun yang lalu. Kami bertekad bahwa majalah ini adalah cerita tentang warga Basma. Majalah ini bukan saduran artikel dari dunia maya. Kami isi dengan profil siswa dan guru yang berprestasi. Ada juga cerita tentang kegiatan ekstrakurikuler di Basma. Syukurlah kami dapat menyelesaikan dan menerbitkannya sesuai target.
Gambar 3. Majalah Sekolah yang Telah Diterbitkan Sejak Bulan Mei 2022
Sanjapala. Itu nama yang kami berikan untuk majalah ini yang merupakan akronim dari Insan Pelaja r Pa ncasila . Nama ini bukan sekedar nama. Secara harfiah, nama ini berasal dari Bahasa Sanskerta Sanja dan Pala. Sanja berarti menengok dan Pala yang berarti buah. Melalui majalah Sanjapala, kami ingin mengajak warga Basma untuk menengok buah hasil karya, hasil kreasi, dan hasil inovasinya selama beraktivitas di Basma.
Agar sejalan dengan program kerja Prakarsa, yakni menguatkan literasi digital, maka kami pun menerbitkan versi digital dari majalah Sanjapala. Sanjapala versi cetak hanya kami buat sebanyak 5 eksemplar untuk diletakkan di perpustakaan, ruang Kepala Seolah dan Ruang Guru. Untuk distribusi yang lebih masif dan merata kami mengunggah Sanjapala versi digital ke Google Sites dengan alamat https://sites.google.com/view/prakarsabasma/prolog . Agar lebih meyakinkan lagi bahwa Sanjapala sudah dibaca, kami mengadakan kuis-kuis berhadiah pada kegiatan kumpul umum pagi dengan memberikan pertanyaan tentang isi majalah kepada siswa. Bagi yang benar menjawab, kami berikan hadiah yang menarik. Sanjapala juga kami isi dengan TTS (Teka Teki Sanjapala) berhadiah yang jawabannya dikirim melalui Google Form.
Gambar 4. Tampilan Google Sites Sanjapala
Prakarsa rutin memotivasi penulis-penulis muda Basma yang gemar menulis puisi, cerpen, cerber dan lain sebagainya untuk mengumpulkan karya dan memberikan hadiah bagi karya terbaik. Selain itu, untuk memperkaya isi majalah, kami bekerjasama dengan OSIS dan pengurus ekstrakurikuler di Basma untuk selalu sharing kegiatan yang dilakukan. Begitu pula dengan kegiatan Bulan Bahasa, Kegiatan Bulan Bahasa Bali, Jeda Semester, dan lain sebagainya. Prakarsa selalu mengumpulkan hasil karya terbaik dari perlombaan yang diadakan untuk diterbitkan di majalah.
Sayangnya keterbatasan kami dalam bidang teknologi digital khususnya Google Sites membuat tampilannya kurang maksimal sehingga tidak begitu menarik pembaca. Selain itu, kami juga belum memasukkan Widget penghitung pengunjung pada Sites tersebut. Kamipun mulai kewalahan dengan waktu. Para Prakarsa mulai disibukkan dengan kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas sekolah. Proses pembuatan majalah mulai tersendat-sendat.
Akhirnya kami menemukan satu solusi jitu untuk berpacu melawan waktu. Setiap akhir pekan, kami merangkum semua hal, semua kabar yang terjadi di Basma, dan kami kemas dalam sebuah blog. Kami menyebutnya Basma in This Week (BTW). Desain berita kami buat dengan aplikasi Canva sehingga nantinya lebih mudah bagi kami untuk mencetaknya menjadi majalah. BTW juga kami unggah secara rutin di akun instagram kami @prakarsabasma._ dengan url https://instagram.com/prakarsabasma._?igshid=MzRlODBiNWFlZA== . Hal tersebut kami maksudkan untuk menarik pembaca yang senang mengakses instagram. Bagi mereka yang lebih senang menyimak informasi melalui video, kami juga menyediakan Channel Youtube Sanjapala Basma dengan url https://www.youtube.com/channel/UC7FOSyf_7jcvPwOWnxyEw9Q . Ceritanya, kami mencoba untuk menyajikan berita secara berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
Gambar 5. Tampilan Youtube Channel Sanjapala
Pada masa liburan sekolah, agar aktivitas literasi digital tidak tidur, Prakarsa mengadakan Basma Got Talent (BGT) untuk kategori guru dan siswa yang kami kemas secara online dengan blog sebagai media informasi dan instagram sebagai media votingnya. Perwakilan setiap kelas menunjukkan talenta terbaiknya. Pemenangnya adalah mereka yang memperoleh like terbanya di akun instagram kami. Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan Guru Penggerak untuk mengimplementasikan program-program mereka yang berdampak pada murid, misalnya lomba menyanyikan lagu daerah dalam rangka peringatan kemerdekan Indonesia dan English Quiz yang berkolaborasi dengan Basma English Club .
Gambar 6. Tampilan Blog Sanjapala
Bagi kami, lomba yang bersifat online ini sangat efektif dan efisien baik dari segi waktu, materi, dan tenaga. Kami tidak perlu mengajukan proposal dengan nominal jutaan rupiah kepada pihak sekolah, cukup dengan menfaatkan fasilitas wifi yang ada di sekolah, google form, atau platform lainnya, semua kegiatan dapat berjalan dengan baik. Kami hanya mengajukan permohonan dana untuk hadiah perlombaannya saja. Dengan demikian Para Prakarsa (Sebutan untuk anggota ekstra Parakarsa) tidak terlalu banyak terkuras waktunya untuk berkegiatan.
Semua cerita di atas hanyalah cerita yang menggambarkan isi blog kami, sebuah platform digital yang kami rancang dalam rangka memfasilitasi literasi digital siswa dan guru SMA N 1 Banjarangkan. https://sanjapala.blogspot.com/ itulah alamat blog kami yang sejak Mei 2023 hingga minggu pertama di Bulan September 2023 ini telah dikunjungi sebanyak 3324 kali. Suatu pencapaian yang luar biasa bagi kami. Setidaknya jumlah kunjungan tersebut jauh melebihi populasi Basma yang terdiri dari 734 orang siswa, 57 orang guru dan 21 tenaga pendidik. Berdasarkan data tersebut ijinkan kami mengklaim bahwa blog Sanjapala telah mampu memotivasi dan memperkuat literasi digital siswa, guru, dan tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Banjarangkan, sekolah di ujung desa yang memiliki semangat berliterasi digital tak berujung.
Gambar 7. Statistik Pengunjung Blog Sanjapala
Penyunting: Putra