Beberapa kondisi berikut mudah ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat seperti suatu keluarga begitu bangga membiasakan anak berbicara Bahasa Indonesia meski mayoritas lingkungan tempat tinggalnya berbahasa Jawa, siswa tidak menyapa guru ketika berpapasan bahkan ada yang seolah-olah tidak melihat, mudah mengucapkan kata kasar pada orang lain, dan masih banyak lagi. Hal tersebut semakin meningkat sejalan dengan terjadinya pandemi Covid-19, dimana siswa sekolah banyak memanfaatkan teknologi dalam pendidikannya. Dengan adanya tuntutan target-target nilai pengetahuan atau kognitif menjadi dorongan untuk menambah jam belajar, les mata pelajaran, dan kurang dalam belajar kearifan lokal khususnya unggah-ungguh.
Ketika pengetahuan dan keterampilan menjadi jadwal harian yang harus diikuti siswa, maka sikap atau karakter menjadi keharusan pula untuk diikuti. Mengembangkan sikap melalui kearifan lokal unggah-ungguh di dalam kelas bukan bermaksud memonopoli Bahasa Jawa. Melainkan kolaborasi dengan mata pelajaran akan membiasakan siswa dalam mengenal ungguh-ungguh dan memudahkan mereka dalam mempraktikkannya.
Kolaborasi antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal ungguh-ungguh dapat dilakukan melalui:
Kontekstualisasi materi pebelajaran. Misalnya dalam pelajaran Sosiologi ada materi konflik dan kekerasan. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan Solusi dari suatu kasus, disampaikan dengan bahasa dan cara yang sopan, tidak mengumpat jika jawaban disanggah teman.
Pengembangan metode pembelajaran interaktif. Nilai-nilai unggah-ungguh seperti ngajeni, gotong-royong, tepo-seliro dapat diimplementasikan dalam diskusi.
Penguatan pendidikan karakter. Misalnya dalam mata pelajaran sejarah, kisah-kisah kepahlawanan dapat dianalisis pada aspek perjuangan, juga pada nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keberanian, dan pengorbanan yang tercermin dalam unggah-ungguh.
Pemanfaatan teknologi dengan sentuhan budaya. Misalnya inovasi aplikasi pembelajaran interaktif yang menyajikan materi dengan menggunakan bahasa dan ilustrasi kedaerahan, pembuataan batik dengan bahan alam dan motif budaya Jawa.
Inovasi guru dalam transformasi pendidikan melalui kolaborasi ilmu pengetahuan dan kearifan lokal unggah-ungguh memiliki potensi besar terciptanya meaningful learning dan joyful learning. Meski tantangan dalam implemetasi tidak dapat diabaikan, dengan komitmen dan strategi yang tepat maka inovasi ini dapat menjadi langkah maju dalam pendidikan Indonesia.
Penyunting: Putra