Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma II jurusan PGSD Universitas Negeri Makassar pada tahun 2006,saya mulai mengabdi menjadi guru honorer di SDN Centre Benteng 1 Selayar dimulai dari bulan Januari sampai April 2007.Saya mengabdi di sekolah tersebut hanya 4 bulan karena saya mendapatkan SK Pengangkatan Guru Tidak Tetap (GTT) yang dikeluarkan oleh Bupati Kepulauan Selayar yang ditetapkan pada tanggal 28 April 2007.SK tersebut berlaku sejak tanggal 1 Mei 2007 sampai 31 Desember 2007 dengan gaji sebesar Rp.300.000,.Karena hanya berlaku sampai 31 Desember maka setiap awal tahun diperpanjang lagi sampai 1 tahun. Pengangkatan GTT tersebut kami terima dengan syarat bersedia ditempatkan dimana saja di daerah terpencil yang tersebar di wilayah kepulauan Selayar.Kebetulan saya bersama lima orang teman ditempatkan di pulau Jampea kecamatan Pasimasunggu Timur tepatnya di SDI Ujung 1.Untuk sampai ke pulau Jampea,kita harus menyeberangi lautan dengan menggunakan kapal kayu yang biasa ditempuh selama 11-12 jam untuk sampai di pelabuhan Benteng Jampea kemudian melanjutkan perjalanan ke Ujung selama 4 jam.Perjalanan yang cukup lama dan melelahkan apalagi baru pertama kali naik kapal kayu sampai-sampai saya muntah karena besar ombak dan dingin karena kehujanan. Karena di Ujung belum ada pelabuhan ,maka kapal yang ditumpangi berhenti di tengah laut sampai datang sampan kecil yang hanya memuat 8-10 orang untuk mengantar penumpang ke pinggir pantai baru kemudian berjalan kaki menuju tempat tinggal masing-masing dengan menggunakan senter karena belum ada PLN,jadi hanya menggunakan PLTD,itu pun hanya menyala dari pukul 18.00 sampai pukul 22.00 WITA.Oleh karena itu,sebagian besar masyarakat menggunakan lampu petromax atau lampu minyak sebagai penerangan pada malam hari. Di sana saya tinggal di rumah keluarga.Jarak dari tempat tinggalku ke sekolah cukup dekat,hanya ditempuh 20 menit dengan berjalan kaki. Saya tinggal di rumah keluarga selama 4 tahun.Dengan pertimbangan tidak ingin merepotkan maka saya berinisiatif untuk mencari rumah kontrakan. Kebetulan rumah teman mengajar ada yang kosong,jadi saya tinggal di sana tanpa menyewa. Saya tinggal di rumah teman selama 3 bulan kemudian pindah lagi karena ada perumahan sekolah yang kosong. Tinggal sendirian di perumahan yang berjauhan dengan rumah penduduk,dimana di sebelah kanan dan kiri hanya ada perumahan kosong yang sudah rusak,di depan tanah perkuburan dan sekolah pada bagian belakang tempat tinggalku membuat saya ketakutan kalau sudah larut malam sehingga saya memanggil beberapa siswa untuk menginap. Pada tahun 2009 saya mengikuti tes CPNS tapi tidak lulus. Bahkan tahun-tahun berikutnya saya masih ikut tes CPNS tapi masih belum lulus juga. Beberapa kali gagal menjadi PNS,membuat keluarga saya kasihan sehingga menyarankan saya untuk berhenti mengajar dan pulang kampung. Bukan hanya keluarga yang menyuruh untuk berhenti bahkan beberapa teman guru juga merasa iba dengan saya karena mereka tahu kalau dengan gaji Rp.300.000 tidak bisa mencukupi biaya kehidupan sehari-hari apalagi jauh dari keluarga.Jujur,kadang saya juga berpikir untuk menuruti saran mereka apalagi pada saat itu,gaji tidak diterima setiap satu bulan tetapi kadang diterima tiap 6 bulan bahkan pernah 10 bulan sehingga saya terkadang harus meminta uang sama orang tua atau saudara dan akan saya gantikan saat sudah terima gaji. Sebenarnya saya sangat malu untuk melakukan itu tetapi itulah yang harus kulakukan untuk dapat bertahan hidup.Apalagi harus minta sama orang tua,itu hal yang sangat memalukan bagiku karena saya yang seharusnya membantu membiayai hidup orang tuaku justru saya yang masih merepotkan mereka .Saya merasa bersedih karena masih bergantung sama orang tua apalagi ibuku seorang single parent yang harus mencari nafkah sendiri. Dengan keadaan demikian,saya bertekad untuk tetap mengabdi di kampung orang meskipun harus berjauhan dengan keluarga.Saya yakin Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hambaNya. Dengan pertimbangan tersebut,saya tetap bertahan untuk tidak berhenti mengabdi dengan harapan suatu saat saya akan menjadi orang yang berhasil.Selain itu,yang membuat saya bertahan karena perasaan sayang kepada siswa saya,rekan guru serta masyarakat yang sangat baik dan perhatian sama saya. Meskipun ada beberapa perbedaan budaya daerah mereka terutama dalam masalah bahasa dimana sebagian besar siswa menggunakan bahasa Bugis sedangkan saya tidak mengerti bahasa mereka.Begitu pun sebaliknya,mereka tidak mengerti bahasa Selayar. Tetapi dengan adanya kerjasama yang baik dan adanya saling keterbukaan dengan para orang tua siswa, maka permasalahan tersebut dapat diatasi dengan baik.Alhamdulillah dengan saling keterbukaan tersebut maka orang tua bersedia untuk membantu anak mereka membiasakan berbahasa Indonesia di rumah dan di sekolah tanpa melupakan bahasa ibu mereka.Selain kendala bahasa,ada juga kejadian yang sangat membuat kami semua bersedih karena sekolah kami ditutup oleh ahli waris dari yang pemilik tanah dimana gedung sekolah dibangun.Ahli waris tersebut menuntut ganti rugi tanah dimana sekolah dibangun.Karena belum ada penyelesaian terkait masalah tersebut, maka pihak sekolah dan orang tua siswa bersepakat untuk mencari gedung yang bisa dijadikan tempat belajar.Kebetulan tidak jauh dari sekolah,ada dua perumahan guru yang kosong,ada bangunan desa serta pabrik es yang tidak terpakai karena sudah rusak ,maka dengan terpaksa kami jadikan tempat belajar. Walaupun sebenarnya sudah tidak layak ditempati, tetapi kami terpaksa lakukan walaupun harus duduk melantai,berdesakan karena ruangan yang sempit bahkan kehujanan karena atap yang bocor.Akan tetapi, itu semua kami lalui demi tetap berlangsungnya proses belajar mengajar.Kami sangat bangga dengan semua siswa yang sangat bersemangat datang untuk belajar setiap hari walaupun dengan kondisi yang tidak sama seperti biasanya saat masih di sekolah.Selama 8 bulan menjalani proses belajar mengajar di luar sekolah,akhirnya sekolah terbuka kembali setelah adanya kesepakatan antara ahli waris pemilik tanah dengan Pemerintah Daerah. Berkat perjuangan dan doa serta kesabaran yang saya jalani selama hampir 15 tahun menjadi Guru Honorer di kampung orang, akhirnya pada tahun 2021 saya lulus PPG dan di tahun yang sama, saya juga lulus PPPK.Syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT atas karuniaNya.Tak lupa pula saya sampaikan terima kasih kepada semua keluargaku terutama kedua orang tuaku, kepala sekolah,rekan guru, siswa SDI Ujung 1 serta seluruh masyarakat Ujung Jampea atas perhatian dan bantuannya selama saya berada di sana. Untuk semua teman-teman guru di seluruh Indonesia terutama guru honorer,tetap semangat dalam mendidik anak-anak,insya Allah perjuangan kita tidak akan sia-sia yang penting bersabar dan ikhlas menjalani semua baik dalam suka maupun duka karena semua akan indah pada waktunya.Aamiin.