Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang dinamis dan cepat. Percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak yang sangat signifikan bagi kehidupan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Namun, kemajuan teknologi saat ini nyatanya membuat masyarakat Indonesia khususnya dikalangan pelajar menjadi lemah literasi. Dikutip dari kominfo menurut data dari UNESCO menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% yang bisa kita definisikan bahwa dari 1,000 orang Indonesia hanya 1 orang mempuyai minat membaca. World’s Most Literate Nations Ranked melakukan riset yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang masuk negara dengan tingkat rendah membaca.
Disamping itu, Indonesia masuk kedalam urutan ke-4 di dunia sebagai negara pengguna aktif smartphone terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Masyarakat Indonesia mampu menatap layar gadget kurang lebih 9 jam perhari sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia akan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain media sosial. Media sosial menjadi platform yang mampu memberikan banyak informasi secara luas, namun, tak semua informasi yang tersebar dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya. Media sosial cenderung lebih banyak dipenuhi oleh opini yang kurang membangun. Jika hal tersebut makin dibiarkan akan berdampak pada pola pemikiran dan perilaku generasi yang akan datang dimana bangsa Indonesia hanya menjadi pribadi yang hanya mampu mengeluarkan opini tanpa dengan ilmu.
Untuk mengatasi hal tersebut tentunya perlu cara dan salah satu cara tersebut ialah melalui pendidikan yang berbasis teknologi. Tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan teknologi dibidang pendidikan dilakukan untuk memudahkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Penggunaan teknologi pertama kali diciptakan oleh B.F Skinner pada tahun 1958. B.F Skinner membuat sebuah mesin pembelajaran yang disebut dengan teaching machine. Mesin tersebut di program untuk membantu guru menyajikan materi pelajaran agar memudahkan guru dan siswa dapat berinteraksi. B.F Skinner mengembangkan teknologi tersebut berdasarkan teori belajar tingkah laku (behaviorism theory) yang bertujuan untuk mengubah perilaku siswa. Teori ini mengedepankan perubahan perilaku yang berawal dari sebuah kebiasaan yang harus diberikan penguatan agar kebiasaan tersebut bisa tumbuh menjadi sebuah perilaku. Dari teori tersebut dikembangkan sebuah program multimedia berbasis teknologi informasi dengan melakukan pengkajian terlebih dahulu. Pengembangan teknologi yang dilakukan oleh B.F Skinner memberikan sebuah inovasi baru kedepannya untuk mengembangkan teknologi lain yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Penggunaan teknologi di bidang pendidikan tentunya perlu diorientasikan untuk memfasilitasi keterampilan siswa dalam kegiatan pembelajaran agar mempunyai 3 keterampilan diantaranya 4C yakni critical thinking (kemampuan berpikir kritis), collaboration (kolaboratif), communication (komunikatif), dan creative thinking (berpikir kreatif). Salah satu bagian dari kurikulum merdeka yang saat ini sudah diimplementasikan di sebagaian satuan pendidikan bahwa output dari pendidikan adalah melahirkan siswa dengan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Salah satu contoh keterampilan yang harus dibangun dalam meningkatkan literasi siswa adalah berfikir kritis.
Menurut Nuryanti dkk dalam jurnalnya yakni Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP bahwa tahapan dari kemampuan berfikir kritis seseorang diantara mengklarifikasi sesuatu, cara mengambil sebuah keputusan serta memberikan penjelasan dari keputusan yang diambil. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis tersebut maka perlu kegiatan yang mampu mengasah daya kritis siswa salah satunya adalah menulis artikel pada media platform digital. Kegiatan menulis dalam bentuk artikel dapat merangsang dan membangun kemampuan berfikir kritis siswa. Selain menulis, siswa mampu meningkatkan literasi digital saat menulis artikel tersebut dengan mencari dan membaca referensi-referensi yang terpercaya. Selain itu, kegiatan menulis artikel dapat membuat siswa belajar menyaring segala bentuk berita yang mereka peroleh untuk memperkaya literatur yang mereka baca dalam menulis artikel. Dalam proses menyaring berita inilah kemampuan berfikir kritis dan literasi siswa mulai terbentuk. Setelahnya, siswa dapat mengutarakan opininya terkait permasalahan-permasalahan sosial dalam bentuk artikel yang ditulis pada media platform digital.
Mengutarakan opini disertai data dan fakta akan membangun minat baca siswa dan membangun kemampuan berfikir kritis siswa. Dalam mengembangkan keterampilan berfikir kritisnya siswa melalui penulisan artikel tetap harus didampingi oleh guru. Dalam hal ini guru harus lebih menguasai cara memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan anak. Salah satu cara yang bisa guru lakukan adalah mengikuti kegiatan pelatihan guru seperti seminar, pelatihan in house training dan sebagainya. Pelatihan tersebut berguna untuk meningkatkan softskill guru dalam membangun keterampilan siswa di era globalisasi. Apabila guru banyak mengikuti kegiatan pelatihan tersebut maka softskill guru semakin bertambah dalam mendampingi dan mengajar siswa dan sebagai apresiasi guru akan mendapatkan Sertifikasi Guru.
Dengan demikian memanfaatkan media platform digital untuk menulis artikel memberikan manfaat yang baik untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis serta minat baca siswa. Hal tersebut merupakan bagian dari dampak positif teknologi yang bisa guru lakukan untuk menumbuhkan literasi digital bagi siswa di era globalisasi. Maka dari itu, sebagai guru penting sekali untuk selalu belajar memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai keterampilan 4C yakni critical thinking (kemampuan berpikir kritis), collaboration (kolaboratif), communication (komunikatif), dan creative thinking (berpikir kreatif) agar dapat mewujudkan siswa yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila di Era Digital.
Sumber:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media
Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(2), 155–158.
Penyunting: Putra