Mendidik dengan Hati: Mengembalikan Ruh Pendidikan Lewat Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah - Guruinovatif.id

Diterbitkan 22 Apr 2025

Mendidik dengan Hati: Mengembalikan Ruh Pendidikan Lewat Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah

Pendidikan bukan sekadar mencerdaskan, tapi membentuk manusia beradab. Artikel ini mengajak kita mengembalikan ruh pendidikan melalui kolaborasi orang tua dan sekolah demi membentuk anak yang tak hanya pintar, tapi juga beradab

Cerita Guru

Jaja Nurjalil,S,Pd.

Kunjungi Profile
26x
Bagikan

Di sebuah sekolah menengah pertama di pinggiran kota, seorang guru menyempatkan diri berbincang dengan orang tua murid setelah jam pelajaran usai. Bukan tentang nilai matematika atau PR yang belum selesai, tapi tentang perubahan sikap anak yang belakangan tampak lebih mudah marah dan sulit diajak bicara. Percakapan itu tidak selesai dalam lima menit, tapi justru membuka pintu bagi hal yang lebih besar: kesadaran bahwa pendidikan bukan milik sekolah semata.

Di tengah tuntutan zaman yang serba cepat dan kompetitif, banyak yang lupa bahwa tujuan utama pendidikan bukanlah sekadar mencetak manusia yang cerdas secara intelektual, tetapi membentuk pribadi yang utuh—yang tahu siapa dirinya, kepada siapa ia berutang ilmu, dan untuk apa ilmu itu digunakan.

Inilah yang pelan-pelan memudar: ruh pendidikan sebagai proses penanaman adab—yakni, kemampuan untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Anak yang tahu adab akan menghargai ilmu, menghormati gurunya, mencintai orang tuanya, dan menyadari bahwa belajar bukan sekadar untuk mencari kerja, tetapi untuk memperbaiki diri dan memberi manfaat bagi sesama.

Namun, proses penanaman adab tidak bisa hanya mengandalkan sekolah. Pendidikan sejati hanya mungkin lahir jika rumah dan sekolah berjalan beriringan. Guru yang mengajarkan kejujuran di kelas, akan kesulitan jika anak melihat kebohongan di rumah sebagai hal biasa. Nilai tanggung jawab tak akan berakar jika di rumah anak dibiasakan untuk menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri.

Kolaborasi orang tua dan sekolah bukan sekadar datang ke rapat wali murid. Ini soal kesepahaman nilai. Soal menyamakan visi: bahwa anak bukan hanya harus “jadi pintar”, tapi jadi benar. Bahwa prestasi bukan cuma soal piala, tapi tentang akhlak ketika kalah, rendah hati ketika menang.

Pendidikan yang melepaskan diri dari akar nilai-nilai spiritual dan adab, ibarat rumah megah tanpa fondasi. Indah di luar, tapi rapuh di dalam. Kita butuh kembali ke arah pendidikan yang utuh—yang tidak memisahkan ilmu dari kebijaksanaan, tidak menjauhkan akal dari akhlak.

Dan itu semua, tidak bisa dikerjakan oleh sekolah sendirian. Ia harus menjadi gerakan bersama—dimulai dari ruang kelas, diperkuat di meja makan rumah, dan dirawat oleh kesadaran kolektif bahwa mendidik anak bukan soal hari ini, tapi soal masa depan umat manusia.


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Butiran Emas Dalam Timbunan Pasir
4 min
Nulis Bareng dengan Hati
Siswa Merdeka dengan Karakternya

DONO SETIAWAN

Jul 23, 2022
3 min
Hukuman Cubit Paha dan Lengan Pada Siswa yang Meninggalkan Solat Fardu
PROGRAM NOBAR CELI ( Nonton Bareng Cerita Kembali)

Ristanty,S.Pd

Aug 30, 2023
4 min
Menjawab Panggilan Jiwa
Komunitas